Bahagia Itu Sederhana: Melihat Apa Yang Ditunggu & Harapkan


Bahagia itu sederhana, misalnya saja dapat melihat apa yang ditunggu dan diharapkan muncul, maka senyum pun menyeruak di sudut bibir, menghias wajah yang sebelumnya penuh dengan ekspresi penantian. * Emak-emak mulai lebay :mrgreen: *.

Siapa bilang pernyataan bahagia seperti itu sederhana? Karena, boleh dibilang memang seperti itulah keinginan bahagia semua orang. Semua keinginan terealisasikan sesuai rencana.

Hmm, belum tentu juga. Standar hati membuncah bahagia yang terekspresikan lewat senyum kecil setiap orang berbeda.

Tapi ada satu persamaannya, agar harapan tidak menimbulkan kecewa, maka jangan tunggu dan harapkan sesuatu yang di luar kemampuan diri. Harus realistis.

Bahagia Kita Yang Tentukan

Seperti pepatah yang mengatakan bahwa guru itu digugu dan ditiru. Maka jangan harap anaknya bakal rajin membuka kitab suci, jika orangtuanya selalu memplototin monitor dan gadget *Mak, anak-anakmu butuh contoh bukan omong doang :p *

Jangan berharap orang akan menganggapmu orang yang penuh prasangka baik, jika kau selalu penuh kecurigaan untuk semua kebaikan yang datang padamu.

Jangan berharap sebuah ketulusan, jika kau melakukan semuanya dengan hitung-hitungan untung rugi.

Jangan berharap cinta, jika hatimu sendiri tak pernah tersentuh oleh kegetiran orang-orang di sekelilingmu.

Jangan berharap orang akan memahamimu, jika kau tak pernah membuka diri agar orang lain tau apa yang kau pikir dan rasakan.

Jangan berharap orang menganggapmu welas asih, jika lidahmu tak pernah bisa terkontrol terhadap kritikan dan nasehat yang menunjukkan kekuranganmu.

Jangan berharap sesuatu, jika dirimu belum pantas untuk itu.

Berkaca dan intropeksi diri. Jika harapan belum sesuai kenyataan, maka dirimu takkan begitu kecewa. Sedih untuk sesaat wajar, tapi kemudian kau akan bisa melihat dengan jelas bahwa ada maksud dan tujuan dari keinginan yang belum terwujud itu. Bahagia itu dirimu yang tentukan.

Bahagia Itu Sederhana

Bahagia Itu Sederhana Jambu Berbuah
Semut pun berbahagia & bersukacita dengan buah jambu

Beberapa waktu lalu, setelah mudik lebaran, saya memaksakan diri untuk merapikan tanaman di halaman mungil depan rumah, karena jari kaki masih terasa sakit.

Saya mulai memotong dahan mangga yang sudah sangat rimbun dengan hati-hati.

Saya juga memotong semua dahan rambutan di pot yang kering karena dua minggu ditinggal mudik. Walau tanaman-tanaman itu sudah ‘dititipkan’ ke orang lain untuk menyiramnya, ternyata perawatan yang diberikan tidak seperti yang empunya rumah.

Saya juga membuang sebagian rumpun pandan yang sudah melimpah ke got. Merapikan pokok jambu air yang kebanyakan daun, tapi belum sekalipun memperlihatkan bunga sejak ditanam 3 tahun lalu.

Setelah halaman seuprit yang penuh pohon itu agak terang, saat memindahkan bekas potongan daun dan dahan. Saya terkejut, ternyata di bagian bawah agak ke batang, si jambu sudah memiliki beberapa putik buah dan bunga. Bahkan ada yang sudah agak besar. Saya pun lebih memperhatikan buah si jambu.

Garis senyum say pun tertarik di sudut bibir dan wajah pun memancarkan kebahagiaan.

Benar kata orang, senyum merupakan salah satu indikator dari rasa bahagia.

Buah jambu airnya seperti yang saya harapkan. Buah jambu air yang dagingnya tebal. Akhirnya, kekhawatiran saya akan pohon jambu yang takkan berbuah, dan buahnya bakal kecil seperti jambu rujak kebanyakan, pun pupus. Jambunya manis dan tanpa biji.

Simak juga : Melihat Pancaran Kebahagiaan, indahnya bisa berbagi.

Berharap Pada Makhluk Sering Berbuah Kecewa

Kok saya begitu berharap pada si jambu?

Bukan tanpa alasan, karena itu pokok jambu kedua yang saya tanam. Sebelumnya, saya beli bibit di tempat khusus, setelah tumbuh bagus, tau-tau pohon jambunya mati tanpa sebab. Akhirnya saya ganti dengan pohon jambu yang hanya dibeli pada tukang tanaman lewat. Saat itu yang jualnya bilang kalau itu bibit jambu bagus. Saya ga begitu berharap banyak, yang penting pohonnya hidup, buat nambah rimbun hijau-hijau di depan.

Nah, setelah si jambu tumbuh rimbun, mulai lah saya berharap agar omongan si penjual waktu itu benar adanya. Mulai timbul perasaan khawatir jika si jambu nanti akan berbuah seperti jambu yang buahnya cocok untuk bahan rujak.

Sifat manusia saya yang suka berharap pun mulai kumat setiap kali menyiram dan merapikan si jambu.

Kok bisa ya, saya berharap si jambu akan mempunyai buah dengan kriteria yang saya inginkan, padahal saya membeli bibitnya asal aja 😥 . *Manusia, manusia*.

Seandainya si jambu tak berbuah seperti keinginan, saya pastinya dengan mudahnya berpraduga, menyalahkan si penjual bibit yang telah berbohong.

Padahal, bukannya saya yang ga serius memilih bibit yang akan saya tanam dan besarkan dengan membelinya ke tempat yang bisa dipercaya? *Mikir atuh, mak!*

Setelah kekhawatiran akan buah si jambu terjawab, saya ternyata masih belum bersyukur juga. Buah si jambu perdana itu tampak tak begitu besar, karena dikerumuni oleh semut hitam yang banyak. Sepertinya semut ingin menikmati jambu terlebih dulu dan saya dengan sifat manusia yang tak pernah berhenti berharap, harus bersabar lagi untuk bisa melihat buah jambu air yang sempurna :mrgreen: .

Pesan moral: Kita sebagai manusia terkadang memang terlalu banyak berharap. Bahkan seringnya kebangetan. Contoh nyatanya saya yang menanam pohon jambu asal beli, ga yakin dengan bibitnya, tapi berharap buahnya manis, dagingnya tebal, dan tak berulat. Harapan yang sangat maruk. Setelah itu, jika harapan itu tak terwujud, bisa pula menyalahkan yang lain atas rasa kecewa yang timbul.

Temans YSalma yang membaca tulisan ini, yang sedang mempertanyakan bahagia ada di mana, semoga bisa mengambil maknanya. Bahagia itu ada di dekatmu dan kamu yang tentukan, bukan orang lain atau lingkunganmu. Takarannya ada sepenuhnya padamu.

Selamat berbahagia dengan apa yang ada disekelilingmu ya sahabat ❤ ❤ ❤ .

13 comments

  1. Kereeen Uni, pohon jambupun mengajarkan kesabaran ya. kelihatannya buah berdaging tebal dan manis lah semutpun merubungnya. Selamat selalu berbahagia

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.