Hati-Hati! Penipuan Di Toko Material Bangunan


Pagi ini, 12 Januari 2016, teman hidup saya *dibahasakan aja dengan ‘si bapak’ yaa* dan seorang temannya yang bisa merakit kanopi, pergi belanja ke toko material yang khusus menjual baja ringan. Toko tersebut berlokasi di pinggir jalan raya yang ramai. Sepertinya mereka baru buka cabang  di situ, lokasinya tidak begitu jauh dari lokasi tempat tinggal.

Sore sebelumnya, teman hidup saya sudah survey harga ke toko tersebut, sehingga pagi ini hanya tinggal pesan barang-barang yang diperlukan dan membayarnya dan kena tipu oleh seseorang. Untungnya, material utama yang nominal belanja paling besar, belum di pesan, karena mereka berdua yang pergi belanja masih mempertimbangkan satu dan lain hal.

Dari awal datang di toko material tersebut, si bapak dan temannya yang masih melihat-lihat barang, untuk lebih memastikan kualitas bahan yang mau dibeli sudah diikuti oleh seorang lelaki yang nanya-nanya layaknya karyawan toko.

Mereka berdua, menganggapnya lelaki yang nanya tersebut adalah salah satu karyawan di situ, secara dilihat, itu orang juga keluar masuk toko seperti karyawan lainnya.

Singkat cerita, si bapak dan temannya sudah memutuskan apa-apa aja item yang akan dibeli dulu, bayar ke si empunya toko, terima kwitansi bukti pembayaran, dan dibilang kalau barang akan diantar 1 jam ke depan.

Begitu selesai bayar, si lelaki yang mengikuti tadi, meminta kwitansi asli yang dipegang si bapak, dengan alasan melihat daftar barang yang dibeli, biar segera diantar.

Tanpa curiga, si bapak menyerahkan kwitansi asli ke lelaki tersebut *salah kaprah pertama*, kan ada rekapan di toko material untuk nyiapin barang, kok malah ngasih kwitansi asli. Teman si bapak yang nemenin belanja padahal punya pengalaman banyak di perbankan, juga tak menaruh curiga.

Mereka berdua kemudian melihat kembali material utama yang masih dalam pertimbangan. Setelah itu, mereka berdua meninggalkan toko, lupa sama kwitansi belanja yang sempat diserahkan. Lelaki yang berlagak karyawan, masih di situ.

Jangan Tertipu Bunga Palsu

Si bapak dan temannya sebelum nyampai rumah, mampir sebentar ke toko lain, di perjalanan, mereka diskusi tentang jenis material utama yang akan dibeli.

Begitu sampai rumah, si bapak menelpon toko material baja, minta ditambahkan material utama, yang tadi belum dipesan, nanti pembayarannya diselesaikan di rumah aja.

Si pemilik toko memberikan jawaban yang sangat mengejutkan, “bapak sudah meng-cancel pesanan bapak tadi”.

Mendengar jawaban tersebut, si bapak bingung, “kok bisa?”.
Saya yang mendengar percakapan telepon itu, menanyakan kwitansi belanja si bapak yang ternyata tidak dia pegang.

Si Bapak memutuskan untuk mendatangi toko material.

Usut punya usut, ternyata, lelaki yang meminta kwitansi asli, dengan dalih untuk mengantarkan barang, setelah teman hidup saya meninggalkan toko, dia mendatangi si pemilik toko, mengatakan jika si bapak membatalkan pembeliannya, dengan alasan si bapak sudah dapat kiriman barang dari daerah lain.

Pemilik toko, mengira kalau lelaki itu adalah temannya si bapak *salah kaprah kedua*.

Setelah beradu argumen cukup lama, si pemilik toko mengabulkan permintaan lelaki yang membatalkan pesanan tersebut dengan memotong berapa persen dari total belanja. Padahal, di kwitansi milik tokonya, ada note, ‘barang yang sudah dibeli, tidak bisa dikembalikan/ditukar!’. Lha, ini orang minta tukar kwitansi dengan uang, disetujui aja? *salah kaprah ketiga*.

Apesnya lagi, pemilik toko, saat menerima pembayaran, hanya meminta alamat kirim aja, tanpa meminta nomer telpon/hp *hari gini, mau ngirim barang, kayaknya no hp/telpon sangat penting kan yaa*. Si bapak, juga ga ngeh. Jadi, begitu ada pembatalan seperti itu, padahal orang yang belanja baru beberapa menit meninggalkan tokonya, tak bisa melakukan konfirmasi, dan mungkin karena merasa tidak rugi, si pemilik toko males capek-capek menyuruh salah satu karyawannya untuk mendatangi alamat yang ada, padahal hanya beberapa menit dari tokonya jika naik motor. *salah kaprah keempat*.

Setelah melihat CCTV toko, si pemilik toko sempat agak berdalih ‘lelaki itu teman bapak, datangnya bersamaan’.

Teman hidup saya juga mengatakan, ‘lha, itu orang nongkrong di toko sampeyan, dan kok bisa bukti pembelian material, dituker uang, yang ada, biasanya juga tuker barang?!’. Pemilik toko merasa ikut teledor juga.

Akhirnya, diambil jalan tengah, kerugian dari ulah si lelaki yang entah punya ‘ilmu’ apa, dibagi dua.

Lelaki penipu di toko material dengan modal pura-pura mengikuti pembeli di awalm masuk toko, sehingga dikira karyawan toko oleh konsumen yang baru datang. Sedangkan pemilik toko yang sempat melihat, mengira dia teman si pembeli. Dengan lagak seperti itu, lelaki itu sudah berhasil mendapatkan uang tunai sekitar dua setengah juta! *ini kalo dibeliin kerupuk, dapat berkarung-karung nih 😛 *. Untung bahan material utama belum dipesan.

Hmm, semoga lelaki tersebut bisa memanfaatkan uang yang didapatkannya dengan cara menipu itu. Mungkin tak seberapa bagi sebagian orang, siapa tau uang itu bisa menjadi jalan agar ia tak menipu lagi, atau bisa juga suatu saat, ia bisa merasakan nelongsonyo perasaan orang yang kena tipu, dan ingat kejadian dia pernah nipu!

Hati-hati ya temans, jangan sampai mengalaminya! Kayaknya, ini modus penipuan model baru, saya belum pernah dengar soalnya, dan kebetulan teman hidup yang mengalaminya.

Manusia bisa mati sebagai manusia, walau ia masih bernapas jika nilai kejujuran sudah hilang dari sanubarinya.

***Ma’af ya temans, posting pertamanya di tahun 2016 dimulai dengan kabar yang kurang mengenakkan. Sayangnya teman hidup ga meminta soft copy CCTV, kalo ga, foto si penipu kan bisa dipajang *bisa terkenal dong yaa 😕 *.

29 comments

  1. Iiihh gregetan orang cari duit ko nipu, semoga dapat karma tuh org.
    Pokoknya apapun yg berbau uang mendingan langsung ngomong dg org nya langsung deh. Di fb juga sering kejadian cuma chat aja pinjam uang ke ponakan, tante, ibu dst, harusnya konfirmasi langsung, ketemu langsung atau minimal telp dengar suara aslinya 🙂 .

    Suka

  2. Zaman sekarang semakin banyak penipuan dengan berbagai modus…yang penting kita harus selalu waspada dan berdo’a aja mbak….lalu serahkan pada-Nya…(piye meneh…hehe)

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.