Teman dan Harga, Dua Hal Yang Berbeda


Ketika kita ditawarkan sesuatu oleh seseorang, pasti kita akan memberikan respon, sekecil apapun itu. Terlepas kita berminat apa tidak terhadap penawaran tersebut.

Teman dan Harga Dua Hal Yang berbedaMisalnya, saat kita lagi duduk bengong, tau-tau ada yang menawarkan camilan atau apalah, gratis ataupun harus dibeli, biasanya reaksi yang diberikan adalah:

  • Tersenyum, bilang terima kasih, kemudian menolak secara halus.
  • Lagi ga mood, menatap, menggeleng, kemudian melanjutkan lamunan yang sempat terganggu.
  • Tersenyum, menerimanya, bilang terima kasih, membuka percakapan basa basi, yang kemungkinan merupakan awal sebuah percakapan seru.

Itu kalau di dunia nyata. Nah, kalau di dunia maya? Misalnya ada email penawaran kerjasama. Respon yang diberikan setiap orang pastilah berbeda-beda. Tapi yang pasti, emailnya akan dijawab dengan baik, terlepas setelah itu akan terjadi sebuah kerjasama atau tidak. Menurut saya itu dua hal yang berbeda.

Tapi, memang sudah menjadi standar baku juga, si pemberi penawaran akan menjawab, terima kasih sudah meluangkan waktunya dengan memberikan respon,,,, bla-bla. Ah, hubungan sapa menyapa di dunia maya dan dunia nyata, tetap aja sama, berbalas pantun. Terlepas itu hanya sebuah basa basi atau tulus. Takkan ada kehilangan apapun di sana, kalau rezki ya berjodoh, kalau belum, ga usah dipaksakan.

Kalau saya pribadi, kadang merespon dunia maya memang tidak langsung, bukan karena sibuk, tetapi memang karena tidak selalu online 😛 . Kalau pun berselancar di dunia maya setiap hari, tapi, tidak selalu terhubung dengan medsos setiap saat, apalagi kalau bosan lagi menjadi sebuah momok, lebih baik menghindar *manusia yang aneh*.

Oya, saya pernah baca respon seorang teman, tentang cara menentukan teman yang baik untuk diajak membina sebuah hubungan.

Ada yang merespon, kalau belum apa-apa, tapi sudah membahas ‘harga’, itu merupakan sebuah tanda, kalau orang tersebut bukanlah calon yang baik untuk diajak kerjasama, dalam hal apapun.

Kalau menurut saya pribadi, tidak bisa disimpulkan seperti itu juga.

Biasanya, sebuah penawaran kerjasama , pastilah di dahului oleh sedikit gambaran singkat tentang produk atau merek dagang yang akan dikerjasamakan itu. Seharusnya dari situ, seseorang bisa memperkirakan akan seperti apa ‘pembinaan’ kerjasama yang akan diberikan. Kan ga mungkin juga, setelah kita setuju untuk kerjasama, tapi tidak mau memberikan yang terbaik yang bisa diberikan. Itu tidak adil pada diri sendiri.

Kalau yang tak memperhitungkan harga, pastilah ada ‘sesuatu’ dulu sebelum kerjasama itu terjadi, setidaknya di awali dengan suka. Kalau kita sudah menyukai atau cinta pada sesuatu, harga akan jadi nomer sekian.

Kesimpulannya, mulailah sesuatu dengan menyukainya terlebih dahulu, setelah itu semua akan terlihat mudah.*Mungkin*. Pantas Sang Puajangga bilang, bekerjalah dengan cinta.

*** “Mak, lu sedang bicara apa sih?”. Enggak tau, gw sedang berusaha update blog 😆 .

22 comments

  1. Hubungan yang awalnya dimulai dari kerjasama bisnis, bukan tidak mungkin kemudian menjadi persahabatan, asal dilakoni dengan baik dan jujur.. 🙂

    Suka

  2. Kalau lagi duduk bengong di suatu tempat lalau ada orang yang menawarkan sesuatu entah itu makanan atau minuman yang harus di beli, justru itu sangat mengganggu, dan saya mulai pergi cari tempat baru untuk diam kembali hehehe

    Suka

  3. Salam kenal mak, Ijinkan saya langsung panggil emak ya, Tulisan-tulisannya sangat menyegarkan dan asyik untuk dibaca sehingga bisa berlama-lama di blog ini.

    Suka

  4. Kalau aku, bila aku tidak sreg dengan penawarannya aku akan tolak baik-baik. Karena kerjasama kan intinya kesepakatan kan ya. Kalau tidak cocok untuk apa dipaksa.

    Suka

  5. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma….

    Hehehe… tulisan akhirnya membuat saya senyum dan ketawa ya. Sepertinya bicara ini punyai pelbagai menunya mbak kerana macam-macam disentuh. pasti mahu update blog yang sudah banyak hari tidak dimunculkan makan dimasukkan semuanya dalam satu pesan. mudahan kesibukan tidak menyita waktu untuk ngeblog ya.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    Suka

  6. Assalamualaikum Mba Salma, lama nggak update dan blogwalking.
    dari postingan ini kok aku nangkep nya justru harga teman yah hahahaa..
    Kalau ada yang menawarkan sesuatu dan itu teman kita sendiri sih, menurut aku nggak perlu ada penawaran. Justru karena temanlah harusnya kita mengapresiasi usahanya tanpa harus menawar. #kayanyamakingknyambung #yaudahgpp 😀

    Suka

  7. Aku juga ngak demen temenan kalo blm apa2 sudah ngomongin duit. Bakal kedepan nya urusan harta mulu yg di omongin 🙂

    Suka

  8. Setuju dengan merespons dgn baik dulu penawaran yang diterima, siapa tahu itu memang pembuka pintu ke peluang yang menanti di depan…

    Salam,

    Suka

  9. Saya jadi ingat sebuah guyonan seorang teman yg bilang bahwa ‘Teman itu mahal harganya … trus, siteman bilang lanjutannya :”Kalau aku tahu harga teman itu mahal, sudah ku jual semua teman2ku … termasuk pemilik postingan ini …. Hehehe … guyon sih guyon, tapi jangan ‘mau jual jual teman donk… 😛

    Suka

  10. Ada temen gw yg demen nya dikit2 ngomong “Berapa sech, gw masih mampu. Udaah sini gw yg bayar”. Pertemanan tidak hanya masalah uang, temen ngak bisa di beli dengan uang. Dan ujung2 nya dia yg kami tinggalkan, karena semua merasa gerah kalo apa2 diukur dengan uang 🙂

    Suka

Tinggalkan Balasan ke alrisblog Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.