Pantulan Diri di Kaca & Air


Benda yang bisa digunakan untuk melihat pantulan diri secara jelas adalah kaca dan air bening yang tenang. Ketika sedang berkaca, seperti saat bersolek, kita dengan mudah mengoreksi atau memperbaiki pakaian yang kurang rapi atau riasan wajah yang ketebalan ataupun mulai luntur. Kita memperbaiki yang nampak kurang itu pada sumber benda yang dipantulkan, tidak bisa diperbaiki di media yang memantulkan *kecuali kacanya buram. Itu karena pantulannya gak akurat*.

Begitu juga saat melihat bayangan atau pantulan diri di air yang bening dan tenang. Jika banyangan yang terlihat itu perlu sedikit koreksi, kemudian tanpa berpikir panjang kita menyentuh bayangan di air tersebut. Airnya akan beriak, dan bayangan yang terlihat justru semakin sembraut atau hilang sama sekali. Akhirnya, tindakan yang kita lakukan bukan memperbaiki atau mengoreksi kekurangan yang terlihat.

Pantulan di AirSaya kepikiran menuliskan bahasan tentang pantulan di kaca dan air ini, gara-gara celutukan junior *maklum, adminnya emak-emak nih 😳 *.

Pada hari kemarin itu, saya seperti kekurangan waktu untuk ‘berdiskusi’, mendengar sejenak argumentasi junior. Saya memilih memutuskan langsung aja, ‘meminta anaknya kembali ke perjanjian yang pernah dibuat, hari sekolah tak ada acara nonton tv di pagi hari’. Maksud saya, itu salah satu cara  menjaga ‘isi kepala’ junior pada pagi hari, agar tidak terkontaminasi cerita atau informasi aneh-aneh, biar tetap bersih sampai di sekolah.

Apadaya, emaknya salah siasat.

Junior langsung melancarkan protesnya, “Boleh lah jika sudah rapi dan jam berangkatnya masih lama. Nanti anak mama ini tidak seperti anak yang lain lho”.

Kedua pangkal alis saya langsung merapat begitu mendengar pernyataan ‘tidak seperti anak yang lain’. “Apa maksudnya?”

“Iya, anak lain itu, diijinkan sama ibunya nonton pagi, asal sudah rapi. Lagian, aku dilarang, Papa ga dilarang tuh nonton berita, bola, sampai malam”.

Mendengar respon juinor, emak langsung terdiam. Makanya jadi orangtua itu memberi contoh, bukannya main perintah atau larangan aja, Mak!

Di lain waktu, saya mengingatkan dia untuk tidak terus-terusan di depan laptop, kasian matanya. Dengan tangkas si junior menjawab, “Mama, kalau lagi rajin posting di blog, suka lama juga di depan laptop.”

Duh, bukan salah junior yang kalau sudah asyik kadang lupa waktu. Lah emak bapaknya sendiri juga melakukan hal tersebut. Dikira anak tak begitu memperhatikan, ternyata ia merekam semua kebiasaan kedua orangtuanya. Makanya saat diberikan koreksi, ia menjadikan kebiasaan kita sebagai pembenaran atas sikapnya.

Tapi ada untungnya juga junior mengungkannya secara langsung, nggak merespon dengan berontak nggak jelas. Saya sebagai emak jadi bisa intropeksi diri.

Sikap yang ditampilkan junior di atas, bisa jadi juga pernah dilakukan oleh anak lain terhadap orangtua atau guru mereka.

Kembali ke pembahasan awal, tentang pantulan atau bayangan pada kaca dan air. Boleh diibaratkan, anak itu dapat diumpamakan sebagai kaca atau pun air bening. Ia hanya memantulkan kebiasaan orangtua yang sering dilihatnya. Saat tersadar, orangtua tidak bisa langsung menyalahkan si anak, tapi harusnya mengingat sikap yang sudah ditampilkan di hadapan anak-anak selama ini.

Saya pribadi harus belajar lagi sebagai orangtua. Bagaimana dengamu Temans?

Iklan

15 comments

  1. Jiahhh … Junior brilian deh ..!
    Itulah kita yg senior harus kasih contoh dan keteladanan yg betul dan benar pada junior … termasuk para senior di negeri ini … jangan seenaknya menaikan harga BBM … pikirkan ‘nasib orang kecil … 😦

    Suka

    • benar tuh Om, kena smash senior sama junior jika tetap merasa yang paling tau segalanya.
      hihihi, BBM memang membuat bingung, harga barang2 yg sudah naik, kan ga mungkin turun lagi ya

      Suka

  2. Jadi kita memang sebaiknya sering2 bercermin diri ya Mak, sebelum memberikan perintah atau aturan.
    Apa yg dilihat, itulah yg ditiru anak…

    Etapi, junior mmng keren n smart ya Mak 🙂

    Salam

    Suka

    • Benar sekali Bunda,
      kalau ga, semakin lama sepertinya emak dan anak akan semakin mempunyai gap. Orangtua menganggap anaknya ‘kurang sopan’, si anak merasa tidak melakukan kekeliruan.

      Disukai oleh 1 orang

  3. Ya … anak itu adalah peniru nomor satu di dunia …
    kelihatannya mungkin mereka tidak memperhatikan apa yang kita katakan … tetapi sebetulnya jauh di dalam benaknya … dia sedang menyerap perkataan kita bagai spons besar

    salam saya
    (17 : 3)

    Suka

  4. Belajar menjadi orang tua memang gak ada habisnya, apalagi kalau mau jadi orang tua yang baik di masa sekarang dimana anak-anak diajarkan untuk menjadi sosok yang kritis. Aku juga sering koq Mbak ngalamin hal yang sama kalau ngelarang anak-anak melakukan sesuatu. Untungnya dengan penjelasan yang masuk akal mereka masih mau ngerti.

    Suka

    • Kalau saya kata pamungkasnya biasany, mengingatkan mereka biar mereka ga perlu mengalami, apa yg sebelumnya orangtua atau orang lain alami, biasanya ngangguk mengiyakan akhirnya 🙂

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.