Lari merupakan bagian dari olahraga atletik. O, jadi sekarang admin blog ini ngaku sebagai seorang olahragawan? Bukan! Saya, dari dulu sampai sekarang tetaplah seorang penggemar olahraga, tapi, hanya sebatas penonton pertandingan .
Sudah lama sekali saya tidak melakukan kegiatan lari. Kayaknya terakhir lari sudah bertahun-tahun yang lalu. Bukan lari untuk kecepatan, tapi cukup membuat jantung bekerja lebih cepat dan semua aktivitas jantung itu terasa di dada, nafas sedikit tersengal-sengal, keringat bercucuran. Itu sudah cukup.
Saya ga bisa juga lari yang serius kayak atlet kebanyakan, tau diri. Cukup pintar aja menakar kemampuan badan alias ga mudah tepar saat perubahan cuaca, itu sudah lumayan π³ .
Karena beberapa hari belakangan ini badan saya berasa ga enak, perut melilit ga jelas, badan lemes ga karuan, sangat terasa umur semakin ga bersahabat dengan fisik. Jalan mendaki sedikit aja, nafas sudah tersengal.
Saya berpikir, bisa gawat ini, mana anaknya masih belia, masih butuh emaknya sebagai teman berkegiatan. Ditambah lagi kegiatan bersepeda santai yang biasanya rutin saya lakukan, mulai membosankan.
Semalam, sesudah Magrib langsung kepikiran, kayaknya saya harus coba lari santai lagi nih *kegiatan yang ga perlu modal dan ga ribet π *. Keliling satu blok aja dulu, sambil jajal, nafasnya masih bisa diajak kompromi apa tidak.
Begitu junior pulang ngaji, saya tawarkan untuk ikutan lari juga. Ga disangka, dia semangat juga, walau sempat dengan celutukan, “emang ga diketawain orang kita lari malem-malem, Ma”.
Emak dengan sumringah langsung menjelaskan, “Wah, kamu yang dilihat cuma game sih, makanya ga tau informasi. Sekarang itu lari malam-malam sedang lagi trend. Tapi buat mereka yang siangnya sibuk bekerja sih, ga punya waktu untuk olahraga pagi atau siang”.
“Ga apa-apa kalau gitu, kita ceritanya kan juga sibuk pagi hari. Jadi larinya cuma bisa malam. Setelah itu tidurnya pasti nyenyak”, junior dengan semangat merespon penjelasan emaknya.
Setelah persiapan selesai, sekitar pukul 20.15 WIB, mulailah saya dan junior lari malam. Lari beberapa saat, nafas langsung ngos-ngosan. Sebagai permulaan, lari malam pertama ini kami cuma sanggup 20 menit aja, lari sambil diselingi jalan pula.
Ternyata nafas junior jauh lebih parah dari nafas emaknya. Sepertinya ini efek dari malas sepeda, malas renang, malas karate, senangnya ngendon main game π₯ . Seperti biasa, mulailah mulut emaknya ‘berkicau’ memberikan nasehat. Junior sambil ngos-ngosan, mengiyakan semuanya. Yang penting besok-besok masih semangat untuk lari.
Ternyata lari di malam hari itu memberikan sensasi yang beda. Apalagi saat langit malam terang, ada awan dan kerlip bintang di kejauhan, ditambah angin yang bertiup. Nikmat hidup mana lagikah yang akan kau ingkari? *mulai hiperbol dah*.
Tapi,, jika diingat-ingat lagi, saat berada di usia 25-an tahun dulu, saya dan beberapa sahabat, sempat rutin lari ke Gelora Bung Karno setiap Minggu pagi. Ada yang datang dari Bekasi, ada yang dari Depok, pokoke jauh-jauhlah, ngumpul di sana.
Sekarang jadi mikir, itu dulu niatnya mau lari pagi atau mau berburu kuliner Padang yang memang ramai di sana. Atau jangan-jangan hanya memang sekedar ‘cuci mata’. Kalau niatnya lari supaya sirkulasi keringat lancar, kayaknya ga perlu sejauh itu π . Hanya kami dan Tuhan sajalah yang tau niat sebenarnya kala itu π .
Sekarang, saya lagi semangat lari, ciao!
Kalau kamu, sedang semangat apa sobat? π
[…] menggigil menahan udara dingin, sudah menyerah untuk melangkah? Bangun! Singkirkan rasa malas itu, Semangat! “. *Bisikan hati berbaju […]
SukaSuka
[…] terjadi setelah berolahraga lari (jogging) denyut jantung terasa lebih cepat dan kulit wajah tampak lebih memerah, hal itu karena […]
SukaSuka