Banyak hal yang dapat dipelajari orang dewasa dari dunia anak-anak. Ini terpikirkan setelah beberapa kali menceritakan dan menuliskan kembali tentang persahabatan junior dan teman-temannya di blog ini.
Kita sebagai orang dewasa, seperti lupa dengan indahnya dunia anak-anak yang dulu sudah dilewati dengan berbagai cerita suka citanya, khususnya dalam hal bersosialisasi. Sewaktu masih menjadi anak-anak, kita tidak pernah mensyaratkan pertemanan itu dengan berbagai embel-embel.
Semuanya murni karena ingin bermain dan melakukan kegiatan bersama. Tanpa praduga negatif, padahal dunia anak kecil dengan permainannya itu tidak melulu diisi oleh gelak tawa, kadang juga diwarnai tangis dan kesakitan yang disebabkan oleh main dorong-dorongan tanpa sengaja misalnya. Juga berbagai pertengkaran lain, ngambek, tapi semuanya tak pernah berlangsung cukup lama.
Hal-hal yang bisa dipelajari kembali dari dunia anak-anak adalah :
1. Tidak Menyimpan Dendam
Anak-anak sangat sering berantem sewaktu mereka bermain. Penyebabnya hal-hal kecil yang tidak bisa ditoleransi oleh satu anak, pada saat itu. Misalnya karena rebutan mainan, ga mau melakukan tugas yang sudah disepakati sebelumnya, tidak terima kalau kalah. Marah, ribut, adu mulut, ga ada yang mau ngaku salah ‘saat itu’, kemudian memutuskan untuk takkan berteman lagi ‘selamanya’.
Pulang ke rumah masing-masing. 15 menit kemudian, biasanya kurang dari 30 menit (jika si anak tidak jalan dengan keluarganya) sudah keluar lagi, nyari teman itu lagi, dan,,,, mereka bermain bersama lagi. Dengan sebelumnya mengakui kalau yang tadi itu salah. Biasanya dua-duanya ngaku salah juga.
2. Pema’af
Anak-anak itu sangat pema’af. Bukan hanya kepada teman-temannya. Tetapi juga terhadap semua kekhilafan orangtua, guru dan orang dewasa lain yang suka terburu-buru memberikan penilaian ‘salah’ kepada mereka. Seringnya sih selalu anak-anak yang dituntut untuk meminta ma’af kepada orang dewasa.
3. Tidak Membedakan
Jika anak-anak itu bermain dan memilih teman secara alami, tanpa campur tangan orang dewasa *orangtuanya, pengasuh,dll*, mereka tidak pernah membedakan teman. Anak yang di temui, mau dan asyik untuk diajak main, mereka akan bermain dan tertawa bersama. Mereka tidak menilai dari harga baju yang dipakai temannya, baju baru atau baju lusuh yang dipakai si anak. Mereka bermain dan berteman bukan karena orangtuanya memiliki dan tidak memiliki barang bagus.
4. Ingin Tau dan Selalu Mencoba
Anak-anak mempunyai rasa ingin tau yang sangat tinggi dan selalu mencoba hal-hal baru. Tentunya ini dalam hal positif ya. Walaupun saat menjadi anak kecil dulu kita sering terjatuh saat belajar jalan, belajar sepeda roda dua, sering gagal melompati parit kecil, kita tak pernah jera, tidak pernah berhenti belajar walaupun lutut sudah berdarah-darah.
Seiring dengan bertambahnya usia, 4 hal diatas perlahan dan pasti mulai menjauh dari kita. Berteman melihat timbal balik yang diterima, susah move on jika sudah ‘tersakiti’, suka menilai oranglain dari penampilan luarnya langsung menyimpulkan dan takut gagal memulai hal-hal baru.
Seharusnya kita bukan meninggalkan hal tersebut ya, tetapi memperbaikinya dengan semakin matangnya cara berfikir, tapi ya begitu, manusia suka lupa. Hal diatas disimpulkan bukan lewat penelitian ilmiah, tetapi pengamatan sebagai seorang ibu dan pengalaman menjadi orang dewasa yang suka lupa dulu pernah punya dunia anak-anak :mrgreen:. Kadang suka ga sabar *khilaf* juga menghadapi anak-anak 😦 .
Jadi menurutmu sobat, hal apalagi yang bisa kita pelajari dari dunia anak-anak ketika kecil dulu ?
Seringnya sih selalu anak-anak yang dituntut untuk meminta ma’af kepada orang dewasa <- Kita sebagai orang dewasa harusnya juga fair sama anak-anak. Kalau memang kita salah ya minta maaf. Jangan sebagai orang dewasa merasa selalu benar.
Ahh.. jadi gak sabar menunggu kelahiran putra pertama kami nih mbak.. Nice post 😀
SukaSuka
iya ya, orangtua merasa selalu paling benar, hiks.
Harus sabar kalau untuk itu, kasihan dedeknya ntar kalau keburu keluar 😀 *calon Ayah yang menyenangkan nih.
SukaSuka
Keempat hal yang susah didapatkan dari orang dewasa memang ya Mba.
SukaSuka
iya, saya juga baru nyadar, ternyata.
SukaSuka
Bener banget ituh mbaaak 🙂
Kadang kalo anaknya berantem, malah emak2nya yang dengan noraknya saling dendam…
tetanggaku ada yang gak saling ngomongan gara2 masalah beginian tuh mbak…ckckck…
SukaSuka
Iya sih Bi, emaknya ribut, tapi anaknya udah berteman lagi,
tapi sebagai orangtua kadang memang suka terbawa ’emosi’, tanpa berpikir jernih.
SukaSuka
Jadi pengen kembali ke masa kanak kanak … heheh
SukaSuka
Bisa Jo, segera jadi Ayah bagi anak-anaknya 🙂
SukaSuka
Susah banget memaafkan itu, Mbak.. Apalagi kalok kesalahannya dirasa fatal 😦
SukaSuka
yups Beb, saya termasuk itu, kata mema’afkan mudah, tapi ikhlas melupakannya, beuh, perlu perjuangan
SukaSuka
orang dewasa padahal dulunya pernah kecil, dan punya ciri atau sifat di atas, tetapi setelah dewasa malah hilang
SukaSuka
pikiran untung rugi yang menghilangkannya barangkali ya.
SukaSuka
Poin nomor 4 yg saya kangenin bgt dari masa kanak-kanak
SukaSuka
yups,sama. lebih banyak takut ‘jatuh’, gagalnya membuat ga bergerak kemana-mana 😦
SukaSuka
nasihat ‘belajarlah dari anak kecil’…..yap betul sekali Uni dan terima kasih diingatkan untuk belajar dari sifat kanak-kanak ini, saat gagal belajar sifat ini yang terjadi malah merasuk sifat kekanak-kanakan.
Salam
SukaSuka
Bila ga bijak bisa jadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan ya Bu.
SukaSuka
tambah, anak kecil bebas bermimpi! anak kecil tidak banyak pertimbangan kalau bermimpi. aku iri
SukaSuka
Yups, ini sangat penting nih, berani bermimpi. Anak-anak jagonya ya.
SukaSuka
Anak-anak selalu ceriah, dari pagi sampai malam ketawa melulu, maunya main terus, tinggal mamaknya yg teler capee 😀 .
SukaSuka
Hehehe, anak-anak selalu semangat ya Nel.
SukaDisukai oleh 1 orang
Itulah gambaran fitrah yang asli dalam diri manusia ya mbak. Maka, kita malu pada anak-anak apabila masih melakukan kebalikan dari empat hal tersebut. Makasih banyak ya, Mbak.
SukaSuka
Oya Pak, itu sifat fitrah manusia sebenarnya ya Pak, lingkungan yang merubah semuanya ya. Terima kasih sudah melengkapinya Pak.
SukaSuka
[…] ← Hal Yang Bisa Dipelajari Dari Dunia Anak […]
SukaSuka
Tentang anak-anak yang tiada dendam, tentang anak-anak yang super sekali pemaafnya, tentang anak-anak yang kelebihan energi untuk disalurkan, sungguh menyenangkan. Bahkan ada tips untuk awet muda, maka sering-seringlah berkumpul dengan anak-anak
SukaSuka
Aaha, untuk awet muda, perlu digaris bawahi nih.
Senyum yang mereka tampilkan tanpa ada rekayasa dan tidak dengan tujuan pencitraan, senyum tulus itu akan menular ya.
SukaSuka
[…] dari tanggal 20 Desember. Anak dengan suka cita menyambut waktu libur itu. Banyak kegiatan dan hal-hal ajaib yang dilakukan saat libur sekolah […]
SukaSuka
[…] [Baca juga: Tentang Dunia Anak] […]
SukaSuka