Hanya Kesenangan


Hanya Kesenangan, kata ini mungkin sering terlontar dari mulut kita saat melakukan sesuatu yang disukai. Apakah itu mengerjakan sebuah hobi ataupun membeli sesuatu yang berkaitan dengan hobi tersebut. Jawaban standar dan biasa yang keluar dari mulut orang dewasa kalau ada yang bertanya tentang alasan dia melakukan semua hal tersebut.

Yang agak tak biasa kalau jawaban tersebut keluar dari mulut anak yang masih kategori bocah SD, belum abg. Emaknya yang mendengar gelagapan harus merespon seperti apa. Mau marah, kok ya masih pagi, anak mau memulai aktivitas sekolahnya. Mau ketawa, hati kok ya agak-agak nelangsa, hadeh *curhatan emak-emak yang mulai berasa kewalahan kalau diskusi sama anaknya 😛 *.

Pagi itu… emak lagi menyiapkan sarapan dan bekal untuk junior.
Junior bangun, setelah menunaikan ‘kewajiban’, dia bukannya mempersiapkan diri dengan semua tetek bengek sebelum berangkat sekolah, mandi.

Dia malah ngedeprok di lantai dapur, nyandar ke dinding, dengan wajah seperti ‘berpikir keras’ 😛 .

Emak mulai merasa, bakal ada yang ga enak nih :mrgreen: .

Dia mulailah percakapan minta dibeliin ‘kaset’ (istilah dia) untuk menggantikan OS (Operating System) laptop yang biasa dipakainya untuk main game.
Mendengar permintaan tersebut, emak sebenarnya udah mulai ngedumel, ‘duh anakku, bangun tidur kok ingatnya malah perlengkapan main game’ 😥 .

anak dan gadgetDengan pelan-pelan si emak menjelaskan. *kalau emak emosi, bakal panjang ceritanya*.

‘Itu laptop LCD-nya kan sudah rusak, sekarang pakai monitor bantuan, sayang atuh. Lagian ga semudah itu mengganti OS laptop atau komputer. Harus yang ahli dan pengalaman. Ga cukup lihat caranya dari tutorial youtube doang. LCD laptopnya itu rusak, karena sebelumnya diganti OS bawaannya oleh teman bapakmu lho’.

Mendengar penjelasan emak. Eh dia malah, menginterogasi bapaknya. Kenapa hanya karena ganti OS doang, LCD laptopnya sampai rusak, emang diapain? *bapaknya ikut dibuat puyeng pagi-pagi, waktu berangkat sekolah si junior sudah semakin mepet 😆 * .

Akhirnya, setelah menarik nafas, dengan tenang bapaknya merespon,”makanya kamu belajar komputer di sekolahnya yang serius dong, biar bisa benerin laptopnya nanti”

Junior berpikir, “Kalau gitu, laptopnya diganti aja atau aku pinjam notebook Mama lagi aja, buat nanti main game”. *matanya sambil kedip-kedip dan dengan wajah sepolos dan semanis mungkin.

Emak langsung melotot *mulai emosi*.

Keluarlah ‘nyanyian’ emak dari A sampai Z, dengan maksud menjemput ingatan anaknya atas hal-hal sebelumnya.

Emak ngoceh, mulai dari gadget yang sudah menjadi barang setengah rongsokan. Hanya tinggal notebook emak itu aja yang masih agak sehat. Mengungkit kalau kemaren dia beli PSP lagi *sebelumnya juga rusak*. Dia ngotot beli lagi, hanya gara-gara temannya mulai memainkanya *walau belinya dari duit hasil nabungnya*. Tapi akhirnya dia bosan juga, karena beli hanya ikut-ikutan teman aja, bukan kebutuhan.

Mana dia baru beli sepatu futsal *Ini juga ga bisa dikasih tau, belinya besok-besok aja kalau sudah benar-benar mau dipakai. Soalnya, dia masih bertumbuh, beberapa bulan sepatu bakal sempit. Akhirnya sepatu itu cuma dua hari aja dipakai untuk menggelindingkan bola di jalanan depan rumah, kemudian teronggok.

*Emak-emak kalau udah merepet, semuanya dibawa-bawa ya*.

Ternyata anaknya mendengar repetan itu, tapi cuma lewat di kupingnya aja 😥 .

Dengan nyantainya dia merespon,”Itu kan hanya kesenangan aja, Ma”.

Emak langsung tak bisa berkata-kata, menghembuskan nafas pelan. *sabar-sabar-sabar*.

Setelah dialog alot, membuat sebuah kesepakatan sama emak, ‘boleh main game di notebook emak kalau hari libur’.

Barulah dia beranjak untuk mandi dengan teriakan kesenangan,”Yes!!”.

****
Catatan emak yang pernah dibuat geleng-geleng kepala pagi-pagi oleh anaknya. Harus ikut sama rayuan maut seorang anaknya pada waktu yang ga tepat untuk ngedumel panjang lebar.

21 comments

  1. ahahaha …. memang anak-anak zaman sekarang begitu kali ya mba. Saya punya adik juga sama banget kayak cerita di atas perlu ngoceh dulu dari A-Z untuk melepaskan dari gadgetnya.

    Suka

  2. anak anak sekarang serba dimanja dengan aneka gadget..tanpa memperhatikan usia..dan kebanyakan tanpa pengawasan dan tuntunan orang tua,,,akibatnya gagget tersebut lebih banyak dipake hanya untuk main game saja…dan ketika orangtuanya ngomel2…ya jawab sang anak…hanya untuk kesenangan saja…….., kalo sudah begini…siapa yg mau disalahkan…….keep happy blogging always….salam dari makassar 🙂

    Suka

    • kalau main game masih aman Pak, tinggal waktunya yang harus lebih tegas,
      hehehe,, jawaban bocah sekarang yang kadang dia sendiri tak paham artinya, ‘gaya’nya yang perlu,
      tinggal orangtuanya yang harus memahami lebih *beda jaman* 🙂

      Suka

  3. Anak-anak sekarang memang ada aja akal dan caranya kalau mau minta sesuatu, tinggal kita yang jadi orang tua puyeng harus menjelaskannya bagaimana. Sebetulnya kalau pas dan bisa keterima ya si anak nurut juga sih. Aku kebetulan baru ngalamin, Mbak. Anakku yang sulung minta ijin hang out bareng teman-temannya. Ibunya sudah ngelarang dan gak mempan; untung aja waktu ngerengek ke aku dia bisa terima alasanku ngelarang, bahkan dia pakai alasanku itu buat kasih tahu ke teman-temannya untuk batal hang out bareng-bareng 😀

    Suka

    • benar banget tuh,
      semalam juga hampir sama, dia udah ngantuk *hari Senin-Jumat kalau ga ada karate, pkl 21.00 sudah tidur*, eh datang teman-temannya ngajak sepedaan, mana keluar tuh izin 😀 .
      memang kita yang harus dituntut untuk memberikan alasan yg bisa mereka terima, ga bakal mempan alasan bohong sama anak sekarang ya.

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.