Belajar Mengaron Nasi


Mengaron nasi merupakan salah satu proses menanak nasi secara tradisional, tanpa menggunakan rice cooker, magic com, atau penanak nasi modern lainnya. Mengaron adalah proses mematangkan nasi setengah matang dengan cara dikukus.

Listrik Mati, Ga Makan? Enggaklah Ya!

Belajar Mengaron Nasi ini diikuti dengan cermat dan sangat antusias oleh junior YSalma beberapa waktu yang lalu. Hal iitu disebabkan karena pada hari itu hujan dan listrik di rumah mati.

Karena memang kebiasaan di tempat saya tinggal, kalau hari hujan, PLN entah sengaja atau tidak akan mematikan aliran listrik. Padahal, tak ada petir *kalau petirnya bersahut-sahutan, masih masuk akal listrik mati. Mungkin kabel listriknya ikut kedinginan kalau hari hujan ya 😛 *

Sekarang sih sudah lumayan berkurang mati lampunya ketika musim hujan itu. Kecuali deras banget atau ada petir *makasih ya PLN 🙂 *.

Apesnya, ketika listrik mati pada saat itu, saya sebagai emak belum  menanak atau memasak nasi dengan alat pemasak nasi listrik yang biasa digunakan 😦 .

Mati lampunya sih sudah dari pukul 16.00 WIB. Tapi Emak tetap berharap akan segera nyala, menunggu dengan setia.

Tapi, setelah ditunggu-tunggu, ternyata si listrik tak kunjung nyala. Padahal bulan Ramadhan, saya agak nyantai karena lelaki di rumah pada agak males kalau makan nasi yang sudah dingin.

Akhirnya, setelah berbuka dengan ta’jil dan sholat magrib. Dengan diterangi cahaya lilin *biar berkesan romantis,* emak pun mulai memasak nasi secara manual. Dengan menggunakan panci yang ada *nasib emak tak punya alat masak yang bagus*.

Panci Alat Aron Nasi
Panci yang digunakan untuk mengaron.

Panci yang dipergunakan untuk mengaron nasi ini adalah panci yang mempunyai alat penyaring yang bolong-bolong di dalamnya. (Biasa dipergunakan untuk mengukus) hingga uap air di bawahnya bisa mematangkan nasi yang masih setengah matang.

Jika tidak tersedia juga di rumah, bisa dengan menggunakan kain tipis lebar, tapi kain ini jangan sampai menyentuh air mendidih di bawahnya. Lumayan agak ribet sih. Kalau kondisi seperti ini, namanya tak ada rotan, akar pun jadi. Tak punya dandang / panci kukus, saputangan / kain lebar pun dapat dimanfaatkan 😳 .

Pengertian Mengaron Nasi Adalah cara memasak atau menanak nasi dengan menggunakan dua panci dan dua tahapan proses.

  • Proses pertama, Memasak beras hingga setengah matang dengan api kecil. Caranya, beras dicuci bersih, dimasak / ditanak di panci biasa yanga ada tutupnya atau tidak. Jangan lupa dengan takaran air sesuai jenis beras yang dipergunakan. Prosesnya terus diaduk ya, agar beras tidak lengket di dasar panci. Setelah setengah matang atau airnya susut matikan api kompor.
  • Proses kedua, Mengaron. Melanjutkan memasak nasi dari proses pertama tadi dengan mengukusnya pada panci kedua yang sudah ada alas di tengahnya, serta air mendidih di bawaah alas itu, hingga nasi matang.

Cara mengaron nasi lebih detail ala emak

  • Didihkan air di panci untuk mengukus. Biarkan dalam posisi terbuka agar uapnya saat mendidih tidak terperangkap di dalam panci.
  • Kemudian cuci beras yang akan dimasak, masukkan ke panci lain yang bisa digunakan untuk memasak.
  • Kasih air sesuai takaran yang pas. Tutup, taruh di atas kompor. Masak dengan api kecil hingga sedang. Tunggu sampai mendidih dengan sesekali diaduk. Setelah airnya agak kering atau susut, angkat. Proses memasak beras hingga menjadi nasi setengah matang ini memerlukan waktu 15-20 menit. Tergantung jenis beras yang digunakan.
  • Nasi yang masih setengah matang itu kemudian pindahkan ke dandang yang airnya sudah didihkan sebelumnya. Tunggu sampai nasi matang, sesekali diaduk dengan centong. Tanda nasi sudah matang, centong sudah tidak lengket lagi oleh butiran nasi. Proses mengukus nasi setengah matang hingga matang sempurna memerlukan waktu lebih kurang 20 menit.
Cara mengaron nasi dengan panci dan kompor
Saat alat penanak nasi modern rusak, mengaron nasi adalah solusi terbaik memasak nasi sebelum membeli alat masak yang baru 🙂

Pengalaman pertama Junior yang melihat proses memasak nasi dengan cara diaron ini, langsung nyelutuk, “wangi nasinya lebih enak kalau dimasaknya kayak gini ya, Mam”.

Emak hanya tersenyum sambil mengiyakan.
Emak tidak mau memperpanjang pembahasan, bisa-bisa nanti dia mengusulkan untuk memasak nasi dengan cara seperti ini terus. Bahaya.

Dalam hati, emak bergumam,”Iya sih nak. Apalagi kalau menggunakan alat untuk memasak nasi yang proses pertamanya menggunakan wadah yang dari tanah liat. Kemudian pada proses kedua, sebagai alat mengukusnya menggunakan anyaman bambu. Trus dimasak di atas tungku yang menggunakan kayu bakar. Rasa dan aroma nasi aronnya jauh lebih nikmat”.

Emak agak malas memasak nasi dengan cara diaron ini bukan karena sibuk sih. Lebih kepada emak ini agak-agak malas melakukannya. Lumayan ribet kalau dilakukan setiap hari.

Untuk hal-hal tertentu, emaknya ini masih menganut prinsip, “kalau ada yang praktis, kenapa harus milih cara ribet” :mrgreen: .

Beberapa waktu kemudian, saat alat penanak nasi modern rusak, saya memasak nasi juga dengan mengaronnya. Keunggulan lain yang didapatkan adalah nasi yang dimasak dengan cara diaron tidak cepat basi.

Cara Memasak atau Menanak Nasi Manual / Tradisional Lainnya

Selain mengaron seperti cara di atas, cara tradisional lain memasak nasi adalah dengan tetap melanjutkan memasak di panci pertama tanpa memindahkannya.

Setelah campuran air dan beras mendidih, dan terus diaduk. Setelah airnya menjadi sedikit alias nasi sudah setengah matang. Panci kemudian ditutup. Api kompor dikecilkan, tunggu hingga nasi matang. Hati-hati jangan sampai gosong.

Cara memasak seperti ini masih sering dipakai ketika ada acara kemping di alam terbuka.

Kelemahan memasak cara ini kalau menggunakan kompor, jika apinya tidak dikontrol, seringnya nasinya suka gosong atau ada intip (kerak nasi) yang sangat banyak. Karena, standar kecil apinya hanya berdasarkan penglihatan mata dan feeling. Terkadang, begitu di tinggal, api kompor agak membesar sedikit.

Tips terhindar dari nasi gosong, pastikan api kompor benar-benar kecil.

Jika menggunakan kayu bakar, setelah proses nasi setengah matang, sisakan bara apinya saja sebagai bahan bakar. Nasi akan matang sempurna hingga bara padam. Intip / kerak nasi yang dihasilkan ketika menanak nasi seperti ini juga tidak terlalu tebal. Kerak nasinya juga tetap nikmat dimakan saat hangat, apalagi jika dicampur kelapa parut yang sudah diberi sedikit garam. Ini namanya cara menikmati intip/kerak nasi yang masih hangat.

***
Setelah mengaron nasi hari itu, komentar dari anggota keluarga lain yang ikut memakan nasi yang dimasak dengan cara mengaron ini adalah, nasi terasa lebih enak  dibandingkan memasak dengan menggunakan alat pemasak nasi listrik, atau masak nasi dengan satu panci.

Kesimpulan: Ternyata, proses yang sedikit agak rumit menuju kematangan itu lebih nikmat hasil akhirnya.

Hal Ini sepertinya berlaku untuk semua aspek kehidupan. Sesuatu yang instan, serba cepat, matang yang dipaksakan, rasanya tidak senikmat proses yang alami.

Di zaman dengan teknologi canggih saat ini, belajar mengaron nasi untuk memanjakan selera, sesekali boleh lah tetap dikuasai. Jangan takut dibilang ketinggalan zaman. Lidah yang mengetahui nikmat masakan tidak akan pernah mengatakan demikian.

Bagaimana denganmu, Temans, apa pernah juga mengaron nasi di jaman yang sudah serba digital ini?

31 comments

  1. Sudah lama tidak mendengar istilah masak nasi ala Mengaron nasi sejak hadirnya ‘majigjer diruang makan, berbeda dengan Mengaron nasi yang dikerjakan diatas tungku api di dapur. 😀

    Suka

  2. Setuju mba, sesuatu yang memerlukan proses panjang hasilnya lebih nikmat. Tentunya hal ini berkebalikan, yang instan walaupun nikmat, biasanya tak lebih dari yang prosesnya lebih panjang, tdk tahan lama, & memiliki dampak negatif. :mrgreen:

    Suka

  3. Aku ingat saat itu lulus SMA aku dan aku sama sekali ngak bisa masak nasi cr ngaron mbak, lantar aku coba karena dipaksa ahkirnya kaya mau nangis karena panas banget di tangan dan kaya melepuh padahal cuma kena uap airnya..

    Suka

  4. Kalau di rumah saya masih sering juga mengaron nasi. Walaupun saya paking jadi penonton. Lha bisanya saya paling cuman bikin nasi liwet. Itupun kalau gak keenceran ya ngintip (berketak). 🙂

    Suka

  5. di rumah saya, walopun sudah punya tempat nasi ajaib, tetep saja masaknya di tungku dengan segenap proses yang ada, si tempat nasi ajaib tadi hanya difungsikan sebagai peghangat saja… sudah kebiasaan… 😀

    Suka

  6. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma….

    Sudah lama saya tidak mengaron nasi seperti itu mbak. Mungkin listrik di tempat saya tidak pernah “mati”, sentiasa hidup, meka keperluan untuk memasak nasi secara kukus atau tanak tidak saya lakukan disebab kesibukan kerja… hehe, alasan segala ya. Biasanya kalau ada aktivitas perkhemahan, baru saya menanak nasi pake kayu, mbak.

    Sebenarnya, mahu ambil mudah dengan peralatan listrik sedia ada. Orang tua saya sangat suka kalau ada kerak nasi. bagi mereka ia satu nikmat yang mengasyikkan apabila merasai hangit dari kerak nasi.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    Suka

    • waalaikumsalam bunda Fatimah,
      kepraktisan di jaman serba modern ini sangat membantu ya bund.
      ternyata orang tua mempunyai kesukaan yang sama,
      suka sama kerak nasi yang masih hangat.

      Suka

  7. Iyah, ribet sekali. Sekarang kan jamannya serba praktis.
    tapi tetep, kudu belajar yak? hal kecil gini aja dibilang ribet, bagaimana yang lain? Hehe.

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.