Tidak Berteman Lagi (Unfriend) di Medsos


Tidak Berteman Lagi (Unfriend) di Medsos sepertinya itu hal biasa. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi pemutusan hubungan pertemanan ini. Alasan pastinya, tentunya si pelaku unfriend tersebut yang paling tahu.

Kata mereka yang pengamat media sosial, walaupun medsos didominasi oleh anak muda yang melek teknologi dan berpendidikan. Mereka juga hidup dan berinteraksi dengan mengatas namakan ‘kebebasan’ berpikir dan berekspresi.

Akan tetapi secara emosi mereka tetap dikungkung oleh budaya dan adat yang membesarkan.

Mereka tetap risi melihat hal-hal yang tak ingin dilihatnya, telinganya tetap merasa panas dan memerah ketika membaca komen yang tak diharapkan *apa hubungannya ya, kan yang digunakan untuk membaca adalah mata, kalau telinga untuk mendengar toh? 😛 .

Sejatinya manusia itu dalam bersosialisasi akan melihat apa yang ingin dilihatnya. Mau mendengarkan apa yang memang ingin didengarnya. Memilih sedapat mungkin menghindari konflik daripada menghadapinya.

Dengan kata lain, setelah berdebat, beradu argumentasi hebat akan sebuah hal. Mereka tetap perlu waktu untuk memulihkan ‘rasa pertemanan’ itu seperti sedia kala.

Terkadang kedewasaan dalam menyikapi perbedaan itu ternyata belum mencukupi. Pada akhirnya, tidak berteman (unfriend) di medsos diambil sebagai jalan keluarnya :mrgreen: .

Unfriend

Alasan Unfriend di Media Sosial

Hal-hal yang kadang membuat orang melakukan pemutusan hubungan pertemanan (unfriend) di media sosial di antaranya : Tidak mau melihat update status ataupun timeline si teman tersebut lagi.
Misalnya:

  •  update status yang hanya berisi link postingan sebuah blog *seperti medsos admin blog ini :mrgreen: .
  • update yang isinya hanya gaya hidup yang dipamerkan si teman, dia lagi nongkrong di mana, makan di mana, meeting dengan siapa.
  • update yang memamerkan gaya fashion terbaru bak model  yang dia punya.
  • update berisi link hasil main game si teman, dia sudah berada di level berapa, lagi sibuk memainkan game apa.
  • Penyebab terbaru unfriend (masa kampanye), si teman mempunyai capres yang berbeda dengan yang diusungnya. Saling adu share link yang menonjolkan calon masing, saling caci maki lawan *beuh*. Kalau yang melakukan ini adalah warga biasa yang mendadak jadi jurkam, alangkah ruginya melepaskan pertemanan untuk hal yang belum tentu akan dijagokan lagi beberapa tahun ke depan. Tetapi, kalau yang melakukan ini adalah seorang calon staf ahli, wakil rakyat yang akan duduk di Dewan. Dari kasus ini bisa kita lihat, kepentingan apa yang akan diperjuangkannya setelah dia nanti bisa menduduki  jabatan tersebut.

Bagi sebagian orang. Semua jenis status teman-teman di medsos, asyik-asyik aja untuk dilihat dan dicermati *saya termasuk yang golongan ini*. Semua orang bebas memanfaatkan medsos untuk mengekspresikan dirinya. Kalau suka, like, tidak suka, abaikan aja. Tak perlu terlalu memusingkannya, apalagi di unfriend.

Bahkan dari update status, serta beda pendapat di kolom komentar itu,  kalau menurut saya, kita bisa melihat karakter lain atau mungkin karakter asli si teman yang belum kita ketahui. Serukan. Kamu ketahua aslinya cam mana 😆

Tapi kalau sudah melibatkan ‘rasa’ di dalamnya memang susah sih.

Sahabat Juga Punya Alasan Untuk Tidak Berteman Lagi di Medsos

Beberapa waktu lalu, aku baru menyadari kalau ternyata juga di unfriend oleh beberapa teman. Secara, medsos yang ku ikuti menyarankan orang-orang yang mungkin dikenal untuk di add/follow sebagai teman 😕 .

Lho, bukannya kami sudah berteman? Wah, di unfriend nih 😳 *efek terlalu lama menghilang di medsos.

Ada satu orang sahabat yang unfriend, diluar perkiraan. Kalau yang lain, anggap aja mereka pada masih labil.

Awalnya agak sedikit sedih sih begitu mengetahuinya. Tapi setelah itu biasa aja, yakin kalau dia punya alasan melakukan itu 🙂 .

Di masa lalu hubungan itu kita bukan hanya sebatas teman, tetapi sebagai sahabat baik. Kita tempat curhatnya teman lain kalau ada salah satu dari merka yang menaksir kita.

Teman yang naksir aku akan ngomong padamu, sebaliknya teman cewek yang menaksirmu akan ngomong padaku. Kita diminta untuk menjadi mak comblang. Kita akan saling tersenyum dan saling goda kalau sudah seperti itu.

Hubungan dekat itu tidak melulu harmonis, kadang di satu masa kita juga musuhan, tak bertegur sapa. Hanya saling lihat dalam diam *ini yang tau hanya kita yang menjalani. Teman lain ga pernah mengetahuinya * #ngambek, kayak orang pacaran je 😛 .

Setelah lulus kita tidak pernah bertemu lagi.
Padahal sama teman-teman yang lain kita masih saling ketemu saat ada acara reuni.
Pada acara kumpul-kumpul, giliran aku bisa datang, kau tak bisa menghadiri, begitu juga sebaliknya.

Itu terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama.
Walaupun begitu kita tetap saling bertukar kabar, seringnya lewat sms *telpon masih mahal pada waktu itu*.

Kemudian kita saling menghilang lagi.

Ketika akan melepas masa lajang, kita sempat saling kontak lagi. Kau bahkan meminta tolong seorang teman untuk memastikan pilihan pendamping hidup yang kupilih. Aku hanya menjawab bahwa sepertinya ini sudah takdir hidup yang harus kujalani. Do’akan saja semua baik-baik saja.

Kemudian kita sibuk lagi dengan jalan masing-masing.

Pada akhirnya medsos mempertemukan persahabatan dan pertemanan itu kembali.

Kita saling telpon, saling sms, saling ejek, dan saling goda kembali. Semua baik-baik saja, masih dalam waktu dan batas kewajaran sebagai sahabat.

Apakah mungkin karena kita berbeda jenis kelamin? Dan masing-masing sudah tidak sendiri lagi? Mungkin ada yang merasa ‘terganggu’ dengan kembalinya persahabatan itu.

Atau, mungkin kau memang tidak bisa menjelaskan dan meyakinkan keberadaanku pada dirimu sendiri, apalagi pada teman hidupmu. Entahlah.

Nyatanya, kau memilih membuat kita tidak berteman lagi di medsos (unfriend). Mungkin kau juga telah mengganti no hp yang sekian puluh tahun tak pernah berubah itu. Mungkin.

Aku tak ingin mencari tau itu.

Aku merasa saat ini sepertinya kau perlu waktu untuk menjauh.
Aku hanya tersenyum.
Bagiku, persahabatan kita yang sudah berbilang tahun itu terlalu berharga untuk sebuah praduga, saling mengerti jauh lebih bijak.

Aku berprinsip, di masalalu, kalau mau, kita bisa lebih dari sekedar sahabat, tak ada yang akan tersakiti. Paling hanya ada sedikit rasa kecewa dari fans kita masing-masing 😀 .

Tapi, kita tidak punya keberanian melampui batas persahabatan itu.
Dengan pemikiran yang tak pernah terucap, tetapi tau sama tau, kita tak bisa saling menyakiti satu sama lain kalau ternyata hubungan itu nantinya gagal.

Apalagi untuk kondisi saat sekarang. Itu takkan mungkin.
Bersahabat jauh lebih indah.

Kesimpulan:

Bagiku, memiliki seribu sahabat itu masih kurang, tetapi memiliki 1 musuh itu sudah cukup banyak dan bikin sesak.

***
Memilih menjauh dengan tidak berteman (unfriend) di medsos, kalau itu untuk sebuah kebaikan, lakukan lah sahabat.
Hingga saat ini kau tetap sahabat terbaik yang pernah ku kenal 😀 .

Sobat YSalma, pernahkah di unfriend oleh sahabatnya sendirikah ?

38 comments

  1. yang pasti, tombul add atau remove, follow atau unfoloow, add friend atau unfriend yg dimiliki oleh si pemilik medsos ada fungsinya. kalau nggak ada fungsinya pasti dikomplain sama pengguna 😀

    Suka

  2. Aku mbaaa, meng unfollow twitter temenku yang dulunya termasuk temen deket jaman SMA trus kuliah beda kampus tp masih satu kota.
    Sejak dia nikah, twit2nya cuma berisi pamer aja jajan apa habis berapa atau upload2 barang2 branded baru.
    Smp akhirnya ad twit dr suaminya yg dia ritwit, dan bikin aku lgsg unfollow. ;(

    Suka

    • hehehe, merasa sudah tak sejiwa lagi ya Qied,
      kalau saya tetap aja follow dan kalo pas lihat update yo sambil senyum-senyum*jarang FB dan twitteran soale 🙂

      Suka

  3. meng unfriend temen sih belum pernah mbaaa…
    kalo di unfriend gak tau juga tuh mba…
    aku sekali2 aja sih mainan FB atau twiter…
    Kadang suka puyeng sendiri soalnya…hihihi…

    Mungkin ada yang meng unfriend aku juga sih karena aku sukanya nyetatus soal drama korea yang lagi kutonton..bhuahahaha…

    Suka

    • kayaknya ya Bi, tapi ga dicari tau, biar aja,
      ga cukup kuat hati mereka yang unfriend melihat status link kita 😀
      aku taunya juga ga sengaja, dan itu sahabat soalnya, lho kok bisa? *bertanya2 dan ingat2 lagi apa yg sudah dilakukan terakhir kali 😉

      Suka

  4. Point ke empat sekarang lagi marak ya, Mba. Aku bkm main un-un gitu, sih. Cuma tak hidden dr TL saja. 😀

    iNyong banget, wall isinya link post blog. 😆

    Suka

  5. Pernah Mbak, gegara ceweknya yang minta. Dan itu rasanya nyeseeeeek mbangeeeet.. Aku sampe nangis-nangis gituh.. T_T

    Makanya kalok sekarang sahabat ku punya pacar, daripada pacarnya cemburu sama aku, mending aku yang menjauh.. Meski berat sih.. Tapi keknya demi kebaikan bersama..

    Suka

  6. Terkadang unfriend itu perlu juga sih… dan harusnya di-unfriend ya tak masalah juga. Mungkin dia butuh ketenangan jiwa kan. Hihihi…

    Suka

  7. Kayaknya nyesek banget ya mbak? Kalo abang agak bingung soal unfriend… Ya wong… passwordnya aja sering banget lupa…

    Suka

    • sebenarnya biasa aja sih bang, udah sama-sama dewasa ini dalam mengambil keputusan dan tindakan *nulisnya aja saya yang agak lebay 🙂
      bikin password jangan yang susah2 makanya bang.

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.