Menjadi Pujangga dan Penulis Dadakan?


Menjadi Pujangga dan Penulis Dadakan? Teman-teman mungkin tidak pernah mendapatkan pernyataan seperti itu, secara tulisannya mengalir, enak dibaca untuk dilahap sampai selesai.

Awal-awal nge-blog saya lumayan banyak mendapat pertanyaan atau sindiran seperti itu dari teman dan sahabat di FB. Secara tulisan di blog ini juga saya share ke akun FB yang 99,95% adalah teman atau sahabat yang sudah mengenal saya di dunia nyata.

Mereka mungkin cukup perhatian dan bertanya-tanya tentang temannya ini.
Saya nge-blog justru setelah jadi emak-emak dan kembali jadi ‘pengangguran‘, apa yang terjadi dengan kehidupan saya? Ga punya kegiatan lain yang lebih bermanfaat? Sehingga tanya seperti ini pun terucap ‘kamu sekarang jadi pujangga dan penulis dadakan?’. Saya cuma tersenyum.

Tips-NgeBlogSaya sudah termasuk telat dalam mengenal blog. Mana baru belajar menulis, mana tulisannya berisi curhatan emak-emak ga jelas. Dan itu saya publikasikan ke ‘dunia maya’ lewat blog ini, ga salah? Enggaklah, justru banyak momen indah dalam hidup yang terlewatkan begitu saja, tanpa dicatatkan.

Saya yang ‘rada pendiam’, cendrung tertutup, dan malah ada yang menganggap ‘anak kampung’. Tak berjiwa seni, tapi suka membaca, dan tak banyak pula jenis buku yang sempat dibaca. Hanya penikmat musik tanpa bisa memainkan satu alat musikpun. Tak ada tanda-tanda dari diri saya yang menunjukkan ada ‘pujangga kesiangan’ yang tertidur di dalamnya :P.

Hanya beberapa sahabat baik yang tau, dulu saat kami berkumpul dan nge-gosip serius, tapi dilakukan sambil nonton film dari dvd (dulu masih berbentuk CD) atau sambil membalik-balik novel/majalah. Dijamin, saya bakal tak terkoneksi sama omongan seru mereka. Saya lebih asyik dengan tontonan di depan mata atau buku ditangan.

Saya akan selalu bertanya kesimpulan dari ‘pembicaraan’ sahabat-sahabat baik itu. Ini menjengkelkan mereka. Sehingga kalau mereka mau melibatkan saya dalam gosip, tv, novel, buku, majalah, harus dijauhkan dari saya :mrgreen: .

Hubungannya apa dengan menjadi pujangga dan penulis dadakan? Saya tak begitu pandai bergosip 😳 .

Mau disebut pujangga atau penulis dadakan, bagi saya tak masalah. Menuliskan kembali cerita keseharian yang telah dilalui di dunia nyata, di blog (rumah maya) yang kita punya. Itu merupakan sebuah proses belajar dan juga memanfaatkan blog sebagai diary atau catatan.

Belajar memilah mana yang pantas untuk di share dan syukur-syukur ada manfaat yang bisa diambil. Kenangan mana yang harus dijemput dari lautan ingatan dan sudah terkubur cukup lama, kemudian dituangkan kembali dalam kata-kata.

Banyak kenangan manis ataupun pahit yang terlupakan dan tak bisa dijemput lagi secara runut. Mereka yang punya talenta menulis, perjalanan hidup yang sudah dilaluinya, bisa diolah menjadi kisah menarik dalam bentuk novel atau buku.

Jadi kenapa juga harus risau dengan pertanyaan dan anggapan,’kamu, aku, hanyalah pujangga dan penulis dadakan‘. Tuliskan saja apa yang kau pikir dan rasakan, dalam bahasa yang dimengerti manusi lain 🙂 .

35 comments

      • Betul. Kadang sirik pertanda gak mampu. Belakangan ini saya lagi buntu menulis, jadi ide-ide itu saya simpan dulu sampai tiba saatnya dikeluarkan kembali.

        Suka

      • justru kalau ada yang komen harus dijadikan motivasi,karena jika bukan meraka yang menilai tulisan kita bagus apa gak siapa lagi, kalau setiap komentar semuanya bagus semua maka kesuksesan akan terasa jauh untuk diraih,,
        kata orang sich

        sindirin tidak akan menjadi sakit hati jika tidak diambil hati kok..hehe

        Suka

        • kalau komentator isi tulisan yo harus diperhatikan dong, itu masukan buat tulisan kita. sudah pasti itu ga semuanya bagus, lha namanya juga belajar menulis.
          yang dimaksud disini, ‘komen’ atau respon terhadap kegiatan nge-blog itu sendiri, memang harus jangan diambil hati, kalau diambil, bisa berhentilah nge-blognya, boro2 mau menghasilkan tulisan bagus sebagai perbaikan 🙂

          Suka

  1. Emang kalau udah emak-emak nggak berhak blogging? Emang kalau udah emak-emak nggak boleh nulis? Emangnya emak-emak cuman boleh nyuci sama nyetrika doang? Tenang aja Mak! Abang ngedukung Emak untuk menjadi ‘pujangga kesiangan’, toh itu lebih baik daripada ngegossip nggak jelas ―hobi asli emak-emak―.

    Suka

  2. Mbak e…
    Aku juga malah telat banget namun beberapa teman aku malah bilang ahkirnya tersalurkan juga hobby nulis aku di sini, karena dari SMP aku tau hobby aku dan sering bikin cerpen namun ya di baca teman teman aku saja, saat itu aku tulis di buku gitu mbak..

    Suka

      • Ha.. ha.. ha.. Pasti disayang banyak guru nih. Dulu saya lebih sering gangguin teman. Kadang sampai nangis, trus dipanggil maju sama Bu Guru. Lalu disetrap. :mrgreen:

        Suka

        • disayang dong, walau tulisannya kecil-kecil ga jelas,
          malah sering disuruh sebagai ‘tukang catat’ di papan tulis, yang kemudian di salin sama teman2 yang lain, buku catatannya juga jadi rebutan buat dipinjem kalau udah mau ujian 😀

          Suka

  3. Ibu-ibu yang sukses dalam dunia blogging telah banyak dan mampu menjadi inspirasi bagi mereka yang muda. Begitu juga saya yang terinspirasi untuk terus semangat ngeblog dan yakin bahwa apa yang saya beri memberi manfaat bagi mereka yang membutuhkan. Salam kenal ya mbak

    Suka

  4. sadis juga mba dibilang pujangga dadakan begitu 😦 tapi emang sih lebih baik menulis sesuatu yang bermanfaat daripada sekedar puisi-puisi begitu. karena kalo saya yg baca puisi, malah jadi speechless mau komen apa 🙂

    Suka

    • enggak sadislah, itu bentuk perhatian dari teman namanya,
      kalau saya berprinsip, selagi teman masih ‘mengomentari’ apa yang kita lakukan, apakah komen itu membuat tersenyum atau meringis, itu adalah bentuk perhatian dari mereka. Kalau dia tak mau tau apa yang kita lakukan, dia justru tak peduli lagi sama kita 🙂 .
      Puisi itu sebuah karya juga lho, saya penikmat puisi juga, tapi belum bisa bikin yang indah 😉

      Suka

  5. cuek aja mak, gak ada kata terlambat buat belajar dan menjadi lebih baik..
    terlambat cuma ada di sekolah, terlambat masuk kelas 😀

    Suka

  6. Hahah.. Kalo aku sih sukak belagak bengong, Mbak.. Manggut-manggut, tapi tetep dijalani. Hihihi.. Bebaaaal mbanget 😛

    Iya bener, sindiran itu kadang bentuk dari perhatian ya.. Kalo yang nyindir orang terdekat dan aku tau dianya jarang nyindir, pasti aku lebih halus dalam bersikap. Tapi kalo emang tukang nyindir dan nyinyir, ya berengin ajah. Buahahah 😀

    Suka

    • hehehe, sindiran itu bentuk lain dari ‘cintah’ ya Beb,
      tapi harus lihat2 dulu, yang benar tulus atau cuma mau melemahkan semangat,
      tetapi akhirnya, lanjut 🙂

      Suka

Tinggalkan Balasan ke ysalma Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.