“Kok Tulisanmu Jelek?”, tanya nenek saat membuka buku tulis cucunya. “Bukannya anak sekarang tulisannya bagus-bagus dan rapi-rapi?”, nenek menambah komentarnya lagi.
Cucu sambil nyengir menjelaskan, “gak apa-apa Nek, kan yang penting masih bisa dibaca”.
“Iya, tapi kelihatan kayak orang males nulis”, nenek ga kehilangan akal.
Dengan sangat meyakinkan cucu menjelaskan,“Ne.. e..nek sekarang itu banyak note book dan tablet, nanti itu, nulisnya tinggal di ketik-ketik aja”.
“Tapi kamu kan masih SD, belajarnya juga masih memakai buku tulis”, nenek berusaha mengingatkan cucu untuk lebih memperhatikan tulisan tangannya.
Cucu tetap dengan keyakinannya, tulisan tangan jelek itu gak apa-apa, yang penting bisa dibaca. Terserah yang membaca sampai mengernyitkan alis untuk bisa memahami kata per kata yang tertulis.
Emak yang mendengar dialog tersebut, hanya bisa geleng-geleng kepala, dengan sedikit rasa sesal.
Tulisan tangan jelek si anak salah satu efek anak terlalu dini (dibawah usia tiga tahun) sudah terbiasa dengan keyboard dan mouse komputer, bermain game.
Padahal sebelumnya si anak sangat rajin memegang pensil, corat coret di buku tulis dan buku gambarnya. Saat kelas 1 SD sudah ada pemberitahuan dari guru, kalau si anak agak malas memegang pensil untuk menulis. Tetapi emak malah berpikir, “ah, nanti tulisannya juga rapi sesuai perkembangannya”.
Ternyata tanpa terus dilatih secara rutin, mana mungkin akan berubah. Malah si anak sudah terlanjur bersentuhan dengan touchscreen lewat tablet dan hape. Mana kegiatan yang dilakukan lewat gadget itu adalah kegiatan yang mengasyikkan bagi anak, game dan mewarnai.
Secara tontonan yang dilihat anakpun, dunia dengan segala kecanggihan dan penghargaan terhadap teknologi. Mulai dari dunia disney, mickey dkk dengan rumah dan permainan misteri dengan teknologi terkini. Ben 10, kartun iron man, semuanya sih cerita anak sekolah dan kuliahan. Tapi anak sekolah dengan tentengan laptop.
Jadilah sekarang emak harus sering mendengar dialog seperti komentar nenek diatas,“kok tulisanmu jelek?”. “Gak apa-apa,,, kan masih bisa, bla-bla”.
Tapi setelah di telaah lebih teliti, sepertinya bukan salah teknologi dan kurang ketegasan orangtua menyikapinya juga sih. Tulisan tangan emak bapaknya sendiri juga terlihat jelek 😛 , ada bakat turunan sepertinya *tapi tulisan nenek dan kakek kan pada rapi-rapi semua, sesuai jaman mereka.
Setelah diingat-ingat lagi, emak dulu juga sempat berpikir yang sama, tetapi dengan perbandingan berbeda. “Tulisan tangan itu yang penting bisa dibaca, lha dokter aja tulisan aslinya bagus, saat nulis resep obat, kita jadi ga bisa membaca tulisannya . Sekarang merasa dejavu aja melihat tulisan tangan dan jawaban anaknya.
Katanya sih tulisan tangan bisa menunjukkan karakter seseorang, benarkah 😕 Macam mana ini ?